BIDANG : ILMU
PENGETAHUAN ALAM
JUDUL :
MANG-JO : MANGROVE JOGJA HIJAUKAN
KAWASAN PESISIR SELATAN DIY
DI SUSUN OLEH :
HAIDA
SETYANI NIS.
5198
NUR
AFRIANI FATIMAH NIS. 5216
MTS DARUL ULUM MUHAMMADIYAH
SEWUGALUR, KARANGSEWU, GALUR, KULON PROGO
2014
LOMBA KARYA ILMIAH
REMAJA KE-46 TAHUN 2014
JUDUL : MANG-JO : Mangrove Jogja Hijaukan
Kawasan Pesisir Selatan DIY
BIDANG :
ILMU PENGETAHUAN ALAM
KATEGORI :
NAMA :
1. HAIDA SETYANI
2. NUR AFRIANI FATIMAH
SEKOLAH : MTS DARUL ULUM MUHAMMADIYAH GALUR
ABSTRAK
Indonesia
adalah negara kepulauan yang memiliki 5 pulau besar dan ribuan pulau kecil yang
mengelilinginya. Namun global warming menjadi salah satu pemicu naiknya
permukaan air laut (sea level rise). Sehingga keberadaan pulau-pulau
kecil menjadi terancam dan luas daratan pulau-pulau besar semakin berkurang.
Salah satu kawasan di Indonesia yang mengalami penyusutan daratan adalah
pesisir selatan DIY (Daerah Istimewa Yogyakarta) yang terletak di pulau Jawa.
Pantai selatan DIY adalah salah satu kawasan yang sering terjadi abrasi sehingga daratan yang berupa
pasir di sekitar kawasan pantai banyak yang terkikis. Penelitian ini bertujuan
untuk memberikan solusi tentang cara mencegah tenggelamnya pulau kecil dan
menghambat pengikisan pasir serta menjadikan mangrove sebagai pemecah ombak di
pantai selatan DIY. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
deskriptif kualitatif. Data yang diperoleh terdiri dari data primer dan
sekunder. Data primer diperoleh dengan cara wawancara terhadap masyarakat yang
tinggal di pesisir yang berumur lebih dari 50 tahun, dan observasi sepanjang
pantai selatan DIY secara langsung. SEdangkan data sekunder diperoleh dari
studi literature yang mendukung. Cara mengatasinya dengan menanamkan tumbuhan
mangrove di pinggiran kawasan pantai selatan. Lokasi penelitian bertempat di
Kawasan Pantai Selatan DIY. Hasil yang diharapkan dari karya tulis ini adalah
menjadikan mangrove sebagai solusi dalam mengatasi abrasi di kawasan pesisir selatan
DIY.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR
BELAKANG
Indonesia adalah
negara kepulauan yang memiliki 5 pulau besar dan ribuan pulau kecil yang
mengelilinginya. Menurut Brigjen TNI Dody Usodo Hargo S,S.IP,MM dari
Dewan Pertahanan Nasional tahun 2014 ada kurang lebih 17.504 pulau dari Sabang
sampai Merauke. Ribuan pulau di Indonesia yang
tersebar dalam gugusan pulau besar maupun kecil menjadikan Indonesia sebagai
negara kepulauan terbesar di dunia. Selain
itu, lokasinya yang strategis dan terletak pada garis katulistiwa
menjadikan negara ini mempunyai sumber daya
alam yang melimpah.
Namun, keberadaan
ribuan pulau kecil di Indoensia sangat terancam. Luas daratan pulau-pulau besar
pun juga semakin berkurang karena terjadinya kenaikan muka air laut. Pemanasan global
(global warming) menjadi salah
satu pemicu naiknya permukaan air laut (sea level rise). Pemanasan global (global warming) terjadi karena
lapisan ozon semakin menipis akibat tingginya tingkat polusi CO2 dan
banyaknya pengguna AC. Pemanasan global
(global warming) menyebabkan es di kutub utara dan kutub selatan menjadi
mencair, sehingga volume air laut semakin bertambah.
Salah satu kawasan di Indonesia yang mengalami
penyusutan daratan adalah pesisir selatan DIY (Daerah Istimewa Yogyakarta) yang
terletak di Pulau Jawa. Pantai selatan DIY merupakan bagian dari Samudra Hindia
yang terhubung langsung dengan kutub selatan bumi. Pantai selatan DIY adalah
salah satu kawasan yang sering terjadi abrasi sehingga daratan yang berupa
pasir di sekitar pantai banyak yang terkikis. Abrasi di pesisir selatan DIY terjadi
karena besarnya gelombang dan arus pantai selatan. Selain itu, faktor utama
yang menyebabkan abrasi adalah tidak adanya penahan atau pengikat sedimen di
kawasan pesisir.
Abrasi di pesisir
selatan DIY sering terjadi. Jika dibiarkan terus menerus, maka luas Pulau Jawa
semakin sempit. Padahal, Pulau Jawa merupakan pulau yang paling padat
penduduknya. Oleh karna itu perlu adanya kajian lebih lanjut tentang kondisi
kawasan pesisir selatan Daerah Istimewa Yogyakarta. Karya tulis yang berjudul MANG-JO
: Mangrove Jogja Hijaukan kawasan pesisir selatan DIY merupakan salah satu upaya untuk
menyelamatkan kawasan pesisir selatan DIY yang masih tersisa. Dengan harapan
bahwa, hasil dari karya tulis ini mampu menjadi penggerak masyarakat dalam
menyelamatkan kelestarian bumi sebagai habitat atau tempat tinggal manusia.
1.2 Perumusan
Masalah
Masalah yang dikaji dalam karya tulis ini yaitu :
1.
Keberadaan pulau-pulau kecil yang terancam hilang karena
adanya masalah kenaikan muka air laut.
2.
Pengikisan pasir pantai yang semakin lama menyebabkan
abrasi di kawasan pantai selatan Daerah Istimewa Yogyakarta.
3.
Tidak adanya penghalang atau pemecah ombak di kawasan
pantai selatan Daerah Istimewa Yogyakarta.
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari pembuatan karya tulis ini yaitu :
1.
Memberikan solusi tentang cara mencegah tenggelamnya
pulau-pulau kecil berdasarkan nilai-nilai ekologi.
2.
Cara menghambat terjadinya pengikisan pasir atau tanah
disekitar pulau dan kawasan pantai selatan DIY.
3.
Menjadikan hutan mangrove disekitar kawasan pantai
selatan sebagai pemecah ombak.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Indonesia sebagai Negara Kepulauan
Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan
negara kepulauan terbesar di dunia yang terletak di Asia Tenggara. Disebut
negara kepulauan karena Indonesia memiliki ± 17.504 pulau dari Sabang sampai
Merauke (Hargo, 2014) dan 2/3 wilayahnya berupa lautan (Muryati, 2013). Negara
Kesatuan Republik Indonesia juga memiliki beberapa pulau besar, antara lain
adalah Papua (777.000 Km2), Kalimantan (743.330 Km2),
Sumatra (425.000 Km2), Sulawesi (174.600 Km2) dan Jawa
(126.700 Km2) (Abdurrazaq, 2010). Selain pulau-pulau besar,
Indonesia juga memiliki pulau-pulau kecil antara lain adalah Madura, karimun
jawa, nusa kambangan, dan masih ada ribuan pulau kecil lainnya.
Gambar 1. Pulau-pulau di Indonesia (Muryati, 2013).
Indonesia termasuk salah satu negara yang memiliki potensi sumber daya alam
yang melimpah. Sebagaimana ciri negara berkembang dengan populasi penduduk yang
besar ditambah dengan struktur geografis yang dikelilingi oleh laut, maka laut menjadi
tumpuan sebagian besar penduduk Indonesia untuk memenuhi kebutuhan hidup
terutama masyarakat di daerah pesisir. Hal ini ditandai dengan keberadaan
ekosistem pesisir yang menyediakan sumber daya alam produktif seperti terumbu
karang, mangrove, dan lamun yang saling terkait. Adanya keterkaitan ekosistem
di wilayah pesisir menyebabkan wilayah tersebut memiliki produktivitas hayati
yang tinggi dan berperan penting sebagai penunjang sumber daya ikan. Kehidupan
dari sekitar 85% biota laut tropis khususnya di Indonesia tergantung pada
ekosistem pesisir (Bengen, 2010).
2.2 Kenaikan Permukaan Air Laut Mengancam Pulau-Pulau Kecil
Kenaikan
muka air laut (sea level rise) merupakan salah satu penyebab hilangnya pulau-pulau kecil di Indonesia. Pemanasan
global (global warming) mengakibatkan es di kutub utara dan kutub
selatan mencair, sehingga dapat menyebabkan kenaikan muka air laut. Hal ini
dapat berpengaruh besar pada keberadaan pulau-pulau di Indonesia. Naiknya
permukaan air laut dapat menenggelamkan daerah pesisir yang serta mempengaruhi
keanekaragaman hayati.
Gambar 2. Trend data
Kenaikan Permukaan Air Laut (Septia, 2012).
Pada sebuah
penelitian dinyatakan bahwa laju kenaikan muka air laut di pantai selatan
Indramayu adalah 10 mm per tahun dengan waktu perhitungan pada tahun 2000
sebagai acuan..Semakin luas daerah yang tenggelam akibat kenaikan muka air laut
maka semakin tinggi kerugian yang dialami. (Dasanto, 2010). Hal ini karena
wilayah pesisir merupakan kawasan yang subur.
2.3 Kondisi Pantai Selatan Daerah Istimewa Yogyakarta
DIY (Daerah Istimewa
Yogyakarta) secara geografis terletak
pada 8o 30’-7o
20’ LS dan 109o 40’-111o 0’. Letak provinsi DIY
berbatasan langsung dengan Samudra Hindia. Kondisi pantai selatan DIY pada
bagian timur terdapat banyak tebing yang
curam. Sedangkan bagian tengah sampai ujung barat memiliki sedimen
berbentuk pasir. Jenis sedimen ini menyebabkan
sebagian besar kawasan pantai selatan DIY terancam bahaya abrasi.
Abrasi terjadi
karena tidak adanya penghalang. Sebagaimana tebing gunung atau jurang yang
gundul berpotensi mengalami erosi atau terkikis oleh aliran air hujan. Demikian
dengan bibir pantai yang gundul tanpa tanaman. Kerusakan garis pantai akibat abrasi ini dipacu oleh terganggunya keseimbangan
alam daerah pantai tersebut (anonim, 2013).
Selain merusak kelestarian biota laut,
tindakan tersebut juga dapat mengakibatkan air pasang. Air pasang apabila tidak
di tahan dengan tumbuhan pesisir atau mangrove maka akan mengikis pingiran
pesisir, sehingga daratan akan berkurang akibat dari pengikisan air laut
tersebut. Salah satu kawasan di Indonesia yang mengalami penyusutan daratan
adalah pesisir selatan DIY (Daerah Istimewa Yogyakarta) yang terletak di pulau
Jawa. Pantai selatan DIY adalah salah satu kawasan yang sering terjadi abrasi sehingga daratan yang berupa
pasir di sekitar kawasan pantai banyak yang terkikis. Karena di Yogyakarta
belum banyak kawasan pesisir yang ditanami mangrove.
2.4 Potensi Mangrove Sebagai Penghambat
Abrasi
Hutan mangrove merupakan komponen penting dalam sistem ekologi. Hal ini
berkaitan dengan potensi hutan mangrove yang dapat menjaga garis pantai agar
tetap stabil, Kehadiran hutan mangrove di pesisir pantai sangat berperan
penting dalam menjaga garis pantai agar tetap stabil. Mengingat, kehadiran
populasi pohon dan semak yang ada pada hutan mangrove tersebut dapat melindungi
tepian pantai dari terjangan ombak langsung yang berpotensi menghantam dan
merusak bibir pantai. Hutan mangrove mampu meredam energi dari terjangan
gelombang arus air laut tersebut. Rumpun-rumpun tanaman bakau mampu
memantulkan, meneruskan dan menyerap energi gelombang yang datang, sehingga
gelombang yang sampai ke sisi pantai hanya riak-riaknya saja.
Mangrove melindungi garis pantai dari erosi atau abrasi yang disebabkan oleh gelombang dan air kencang
dan merupakan sumber kayu bakar terbaru. Mangrove memiliki kemampuan mencegah
intrusi garam kekawasan darat, dan membersihkan perairan pantai dan pencemaran,
khususnya bahan pencemar dan unsur hara (Monk.et
al, 2000).
Kehadiran populasi tanaman bakau dan
populasi hutan mangrove lainnya, sangat berperan penting dalam menjaga dan
melindungi bibir pantai dari bahaya erosi atau abrasi. Menahan atau menyerap
tiupan angin kencang dari laut ke darat pada malam hari. Pada malam hari,
biasanya angin laut bertiup dengan kencang ke darat. Jika tiupan angin terlalu
kencang, tentu akan sangat berbahaya bagi lingkungan daratan terutama di daerah
pinggiran pantai. Tanaman akan menjadi rusak, hewan ternak dan satwa liar akan
terganggu kenyamanan hidupnya, demikian juga dengan manusia. Dengan adanya
hutan mangrove yang menjadi barier atau pelindung pada pesisir pantai, kuatnya
angin laut yang bertiup ke darat akan dapat ditahan dan diserap. Populasi
tanaman pada hutan mangrove akan stomata yang siap menyerap gas karbondioksida
dari lingkungan dan melepaskan oksigen ke lingkungan, sehingga udara di
lingkungan pesisir pantai tetap bersih, segar dan bebas dari polusi. Bermanfaat
sebagai habitat alami bagi berbagai biota darat dan laut. Hutan mangrove juga
menjadi habitat alami berbagai biota laut. Seperti udang, berbagai jenis ikan
dan sejenisnya. Karenanya, sangat keliru jika ada yang dengan sengaja menebang
hutan mangrove untuk tujuan memperluas tambak mereka. Karena, tindakan tersebut
dapat merusak kelestarian biota-biota laut. (Anonim, 2013).
Dampak yang ditimbulkan bagi negara kita jika tanpa ada upaya pencegahan
maka kita akan kehilangan 2.000 pulau karena air laut akan naik pada ketinggian
± 90 cm. Tadinya kita memiliki 17.504 pulau tapi kini tinggal 17.480 pulau oleh
sebab naiknya air laut dan usaha penambangan. Kehilangan asset 2.000 pulau akan
luar biasa dampaknya yang berujung pada penyempitan wilayah kedaulatan RI
(Prasetyo, 2010).
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian tentang abrasi yang terjadi di
kawasan pantai selatan Daerah Istimewa Yogyakarta ini merupakan jenis penelitian
terhadap lingkungan dengan metode penelitian
deskriptif. Penelitian deskriptif merupakan prosedur pemecahan masalah yang
diselidiki dengan menggambarkan/ melukiskan keadaan subjek/ obyek penelitian
(internet, koran, lembaga , dan lain-lain) pada saat sekarang berdasarkan
fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya (Nawawi, 1998)
3.2 Metode Penelitian
Penelitian ini
menggunakan metode kualitatif dan studi literatur. Pemilihan metode ini
berdasarkan pada jenis data yang ingin diperoleh yaitu data kualitatif.
Disamping itu untuk mengetahui keadaan kawasan pantai selatan DIY yang terkena
abrasi. Maka metode kualitatif adalah metode yang dianggap paling cocok untuk
penelitian ini. Sedangkan metode studi literatur adalah metode yang dianggap
dapat mempermudah mendapatkan data dan informasi penunjang.
Data yang
dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data sekunder dan data primer. Data
sekunder yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari internet, Koran,
artikel, berupa tentang fungsi tumbuhan mangrove sebagai penambat pasir dan
material sedimen yang lain yntuk mencegah terjadinya pengikisan dikawasan
pantai selatan. Sedangkan data primer diperoleh melalui pendekatan kualitatif,
yaitu wawancara dengan masyarakat sekitar kawasan pantai selatan yang berumur
lebih dari 50 tahun, yang terpilih sebagai narasumber.
Penelitian ini dilakukan di sekitar pantai
selatan mulai dari Pantai Parang Tritis sampai Pantai Congot. Pemilihan lokasi
ini dilakukan secara sengaja dan dengan beberapa pertimbangan diantaranya
karena pengikisan pasir kawasan pantai selatan mulai dari tahun 1970-sekarang
sudah terkikis sekitar 200 meter ke arah daratan.
Tabel 1. Jadwal
Kegiatan Penelitian
NO
|
KEGIATAN
|
WAKTU
|
|||||||||||||||||||||||
Mei
|
Juni
|
Juli
|
Agust
|
Sept
|
Okt
|
||||||||||||||||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
||
1
|
Perencanaan
proposal
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
2
|
Studi
literatur
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
3
|
Penyusunan
proposal
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
4
|
Pengiriman
proposal
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
5
|
Menyusun
daftar pertanyaan untuk wawancara
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
6
|
Menyusun
program penelitian
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
7
|
Pembimbingan
oleh LIPI
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
8
|
Penelitian
(wawancara)
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
9
|
Analisis
data (tahap I)
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
10
|
Penelitian
(survei lapangan)
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
11
|
Analisis
data (tahap II)
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
12
|
Penanaman
mangrove dipantai selatan DIY
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
13
|
Penyusunan
karya tulis
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
14
|
Evaluasi
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
15
|
Monitoring
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrazaq, 2010. 10 Pulau Terbesar
di Indonesia. http://ncca19.wordpress.com
diakses tanggal 8 Mei 2014.
Acy. 2012. Ekosistem Pesisir dan
Pengelolaannya di Indonesia. www.terangi.or.id.
Yayasan Terumbu Karang Indonesia (terangi). Diakses tanggal 8 Mei 2014.
Anonim. 2008. Kenaikan muka Air
Laut. www.wiroganteng.wordpress.com. Diakses tanggal 7 Mei 2014.
Anonim. 2013. Info Manfaat. www.infomanfaat.com. Diakses tanggal 7 Mei
2014.
Bengen, D.G. 2000. Ekosistem dan Sumberdaya Alam Pesisir. Sinopsis. Pusat
Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan, Institut Pertanian Bogor (IPB).
Bogor.
Dasanto, B.D. 2010. Penilaian Dampak Kenaikan
Muka Air Laut Pada Wilayah Pantai : Studi Kasus Kabupaten Indramayu. Jurnal
Hidrosfir Indonesia Vol. 5, No. 2.
Hargo, D. U. 2014. Jumlah Pulau di
Indonesia. http://dkn.go.id/
Diakses tanggal 8 Mei 2014 pukul 09.54 WIB.
Monk, K.A. Fretes, D. Dan Liley,
G.R. 2000. Ekologi Nusa
Tenggara dan Maluku. Seri Ekologi Indonesia. Penerbit Prenhallindo,
Jakarta
Muryati, H. 2013. Pulau terluar
di Indonesia berbatasan dengan negara lain. http://muryatigreenwakari.blogspot.com/ diakses tanggal 5 Mei 2014
Prasetyo, D.E. 2010. ancaman global warming bagi Indonesia.
dedikekoprasetyo.blogspot.com. diakses tanggal 7 mei 2014.
Septia, D. 2012. Eksplorasi Kenaikan Tinggi Air Laut. http://septiadiah-fst09.web.unair.ac.id/ diakses
tanggal 3 Mei 2014
.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar