Laman

Sabtu, 13 September 2014

BIDANG : ILMU PENGETAHUAN ALAM
Description: F:\SEKOLAH\MTs\LIPI\Logo LIPI 2013a.eps

JUDUL :
MANG-JO : MANGROVE JOGJA HIJAUKAN KAWASAN PESISIR SELATAN DIY
Description: F:\SEKOLAH\LOGO\LOGO MTs Baru Dw.jpg

DI SUSUN OLEH :
                                    HAIDA SETYANI                               NIS. 5198
                                    NUR AFRIANI FATIMAH                 NIS. 5216


MTS DARUL ULUM MUHAMMADIYAH
SEWUGALUR, KARANGSEWU, GALUR, KULON PROGO
2014



LOMBA KARYA ILMIAH REMAJA KE-46 TAHUN 2014
JUDUL            : MANG-JO : Mangrove Jogja Hijaukan Kawasan Pesisir Selatan DIY
BIDANG         : ILMU PENGETAHUAN ALAM
KATEGORI    :
NAMA             : 1. HAIDA SETYANI
                          2. NUR AFRIANI FATIMAH
SEKOLAH      : MTS DARUL ULUM MUHAMMADIYAH GALUR
 


ABSTRAK
Indonesia adalah negara kepulauan yang memiliki 5 pulau besar dan ribuan pulau kecil yang mengelilinginya. Namun global warming menjadi salah satu pemicu naiknya permukaan air laut (sea level rise). Sehingga keberadaan pulau-pulau kecil menjadi terancam dan luas daratan pulau-pulau besar semakin berkurang. Salah satu kawasan di Indonesia yang mengalami penyusutan daratan adalah pesisir selatan DIY (Daerah Istimewa Yogyakarta) yang terletak di pulau Jawa. Pantai selatan DIY adalah salah satu kawasan yang sering  terjadi abrasi sehingga daratan yang berupa pasir di sekitar kawasan pantai banyak yang terkikis. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan solusi tentang cara mencegah tenggelamnya pulau kecil dan menghambat pengikisan pasir serta menjadikan mangrove sebagai pemecah ombak di pantai selatan DIY. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Data yang diperoleh terdiri dari data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dengan cara wawancara terhadap masyarakat yang tinggal di pesisir yang berumur lebih dari 50 tahun, dan observasi sepanjang pantai selatan DIY secara langsung. SEdangkan data sekunder diperoleh dari studi literature yang mendukung. Cara mengatasinya dengan menanamkan tumbuhan mangrove di pinggiran kawasan pantai selatan. Lokasi penelitian bertempat di Kawasan Pantai Selatan DIY. Hasil yang diharapkan dari karya tulis ini adalah menjadikan mangrove sebagai solusi dalam mengatasi abrasi di kawasan pesisir selatan DIY.

BAB I
PENDAHULUAN
 
1.1       LATAR BELAKANG
Indonesia adalah negara kepulauan yang memiliki 5 pulau besar dan ribuan pulau kecil yang mengelilinginya. Menurut Brigjen TNI Dody Usodo Hargo S,S.IP,MM dari Dewan Pertahanan Nasional tahun 2014 ada kurang lebih 17.504 pulau dari Sabang sampai Merauke. Ribuan pulau di Indonesia yang tersebar dalam gugusan pulau besar maupun kecil menjadikan Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia.  Selain itu, lokasinya yang strategis dan terletak pada garis katulistiwa menjadikan negara ini mempunyai sumber daya alam yang melimpah.
Namun, keberadaan ribuan pulau kecil di Indoensia sangat terancam. Luas daratan pulau-pulau besar pun juga semakin berkurang karena terjadinya kenaikan muka air laut. Pemanasan global (global warming) menjadi salah satu pemicu naiknya permukaan air laut (sea level rise). Pemanasan global (global warming) terjadi karena lapisan ozon semakin menipis akibat tingginya tingkat polusi CO2 dan banyaknya pengguna AC.  Pemanasan global (global warming) menyebabkan es di kutub utara dan kutub selatan menjadi mencair, sehingga volume air laut semakin bertambah.
 Salah satu kawasan di Indonesia yang mengalami penyusutan daratan adalah pesisir selatan DIY (Daerah Istimewa Yogyakarta) yang terletak di Pulau Jawa. Pantai selatan DIY merupakan bagian dari Samudra Hindia yang terhubung langsung dengan kutub selatan bumi. Pantai selatan DIY adalah salah satu kawasan yang sering terjadi abrasi sehingga daratan yang berupa pasir di sekitar pantai banyak yang terkikis. Abrasi di pesisir selatan DIY terjadi karena besarnya gelombang dan arus pantai selatan. Selain itu, faktor utama yang menyebabkan abrasi adalah tidak adanya penahan atau pengikat sedimen di kawasan pesisir.
Abrasi di pesisir selatan DIY sering terjadi. Jika dibiarkan terus menerus, maka luas Pulau Jawa semakin sempit. Padahal, Pulau Jawa merupakan pulau yang paling padat penduduknya. Oleh karna itu perlu adanya kajian lebih lanjut tentang kondisi kawasan pesisir selatan Daerah Istimewa Yogyakarta. Karya tulis yang berjudul MANG-JO : Mangrove Jogja Hijaukan kawasan pesisir selatan DIY merupakan salah satu upaya untuk menyelamatkan kawasan pesisir selatan DIY yang masih tersisa. Dengan harapan bahwa, hasil dari karya tulis ini mampu menjadi penggerak masyarakat dalam menyelamatkan kelestarian bumi sebagai habitat atau tempat tinggal manusia.

1.2       Perumusan Masalah
Masalah yang dikaji dalam karya tulis ini yaitu :       
1.    Keberadaan pulau-pulau kecil yang terancam hilang karena adanya masalah kenaikan muka air laut.
2.    Pengikisan pasir pantai yang semakin lama menyebabkan abrasi di kawasan pantai selatan Daerah Istimewa Yogyakarta.
3.    Tidak adanya penghalang atau pemecah ombak di kawasan pantai selatan Daerah Istimewa Yogyakarta.
1.3       Tujuan Penelitian
Tujuan dari pembuatan karya tulis ini yaitu :
1.       Memberikan solusi tentang cara mencegah tenggelamnya pulau-pulau kecil berdasarkan nilai-nilai ekologi.
2.       Cara menghambat terjadinya pengikisan pasir atau tanah disekitar pulau dan kawasan pantai selatan DIY.
3.       Menjadikan hutan mangrove disekitar kawasan pantai selatan sebagai pemecah ombak.
           
           
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1       Indonesia sebagai Negara Kepulauan
Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang terletak di Asia Tenggara. Disebut negara kepulauan karena Indonesia memiliki ± 17.504 pulau dari Sabang sampai Merauke (Hargo, 2014) dan 2/3 wilayahnya berupa lautan (Muryati, 2013). Negara Kesatuan Republik Indonesia juga memiliki beberapa pulau besar, antara lain adalah Papua (777.000 Km2), Kalimantan (743.330 Km2), Sumatra (425.000 Km2), Sulawesi (174.600 Km2) dan Jawa (126.700 Km2) (Abdurrazaq, 2010). Selain pulau-pulau besar, Indonesia juga memiliki pulau-pulau kecil antara lain adalah Madura, karimun jawa, nusa kambangan, dan masih ada ribuan pulau kecil lainnya.
Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi-ZFmOOkC0OykjXEQr7Z5G4c1-c0oxvYdGnKTlfyXr9FX_grcdl-QoloVFsQhm1k0nL7m9cCosncIRSMa8TnzelnSp8jTRS4a1c-NPMHGzswqEQ1h1nDXjoFMg-yqxqHwkmPn67FkZDQwP/s640/pulau-kecil-terluar-indonesia.jpg
Gambar 1. Pulau-pulau di Indonesia (Muryati, 2013).

Indonesia termasuk salah satu negara yang memiliki potensi sumber daya alam yang melimpah. Sebagaimana ciri negara berkembang dengan populasi penduduk yang besar ditambah dengan struktur geografis yang dikelilingi oleh laut, maka laut menjadi tumpuan sebagian besar penduduk Indonesia untuk memenuhi kebutuhan hidup terutama masyarakat di daerah pesisir. Hal ini ditandai dengan keberadaan ekosistem pesisir yang menyediakan sumber daya alam produktif seperti terumbu karang, mangrove, dan lamun yang saling terkait. Adanya keterkaitan ekosistem di wilayah pesisir menyebabkan wilayah tersebut memiliki produktivitas hayati yang tinggi dan berperan penting sebagai penunjang sumber daya ikan. Kehidupan dari sekitar 85% biota laut tropis khususnya di Indonesia tergantung pada ekosistem pesisir (Bengen, 2010).

2.2       Kenaikan Permukaan Air Laut Mengancam Pulau-Pulau Kecil
            Kenaikan muka air laut (sea level rise) merupakan salah satu penyebab hilangnya pulau-pulau kecil di Indonesia. Pemanasan global (global warming) mengakibatkan es di kutub utara dan kutub selatan mencair, sehingga dapat menyebabkan kenaikan muka air laut. Hal ini dapat berpengaruh besar pada keberadaan pulau-pulau di Indonesia. Naiknya permukaan air laut dapat menenggelamkan daerah pesisir yang serta mempengaruhi keanekaragaman hayati.

Description: http://web.unair.ac.id/admin/file/f_12412_inter_1.jpg
Gambar 2. Trend data Kenaikan Permukaan Air Laut (Septia, 2012).

Pada sebuah penelitian dinyatakan bahwa laju kenaikan muka air laut di pantai selatan Indramayu adalah 10 mm per tahun dengan waktu perhitungan pada tahun 2000 sebagai acuan..Semakin luas daerah yang tenggelam akibat kenaikan muka air laut maka semakin tinggi kerugian yang dialami. (Dasanto, 2010). Hal ini karena wilayah pesisir merupakan kawasan yang subur.



2.3       Kondisi Pantai Selatan Daerah Istimewa Yogyakarta
DIY (Daerah Istimewa Yogyakarta)  secara geografis terletak pada 830-7o 20’ LS dan 109o 40’-111o 0’. Letak provinsi DIY berbatasan langsung dengan Samudra Hindia. Kondisi pantai selatan DIY pada bagian timur terdapat banyak tebing yang  curam. Sedangkan bagian tengah sampai ujung barat memiliki sedimen berbentuk pasir. Jenis sedimen ini menyebabkan  sebagian besar kawasan pantai selatan DIY terancam bahaya abrasi.
Abrasi terjadi karena tidak adanya penghalang. Sebagaimana tebing gunung atau jurang yang gundul berpotensi mengalami erosi atau terkikis oleh aliran air hujan. Demikian dengan bibir pantai yang gundul tanpa tanaman. Kerusakan garis pantai akibat abrasi ini dipacu oleh terganggunya keseimbangan alam daerah pantai tersebut (anonim, 2013).
Selain merusak kelestarian biota laut, tindakan tersebut juga dapat mengakibatkan air pasang. Air pasang apabila tidak di tahan dengan tumbuhan pesisir atau mangrove maka akan mengikis pingiran pesisir, sehingga daratan akan berkurang akibat dari pengikisan air laut tersebut. Salah satu kawasan di Indonesia yang mengalami penyusutan daratan adalah pesisir selatan DIY (Daerah Istimewa Yogyakarta) yang terletak di pulau Jawa. Pantai selatan DIY adalah salah satu kawasan yang sering  terjadi abrasi sehingga daratan yang berupa pasir di sekitar kawasan pantai banyak yang terkikis. Karena di Yogyakarta belum banyak kawasan pesisir yang ditanami mangrove.  
2.4       Potensi Mangrove Sebagai Penghambat Abrasi
Hutan mangrove merupakan komponen penting dalam sistem ekologi. Hal ini berkaitan dengan potensi hutan mangrove yang dapat menjaga garis pantai agar tetap stabil, Kehadiran hutan mangrove di pesisir pantai sangat berperan penting dalam menjaga garis pantai agar tetap stabil. Mengingat, kehadiran populasi pohon dan semak yang ada pada hutan mangrove tersebut dapat melindungi tepian pantai dari terjangan ombak langsung yang berpotensi menghantam dan merusak bibir pantai. Hutan mangrove mampu meredam energi dari terjangan gelombang arus air laut tersebut. Rumpun-rumpun tanaman bakau mampu memantulkan, meneruskan dan menyerap energi gelombang yang datang, sehingga gelombang yang sampai ke sisi pantai hanya riak-riaknya saja.
Mangrove melindungi garis pantai dari erosi atau abrasi  yang disebabkan oleh gelombang dan air kencang dan merupakan sumber kayu bakar terbaru. Mangrove memiliki kemampuan mencegah intrusi garam kekawasan darat, dan membersihkan perairan pantai dan pencemaran, khususnya bahan pencemar dan unsur hara (Monk.et al, 2000).
 Kehadiran populasi tanaman bakau dan populasi hutan mangrove lainnya, sangat berperan penting dalam menjaga dan melindungi bibir pantai dari bahaya erosi atau abrasi. Menahan atau menyerap tiupan angin kencang dari laut ke darat pada malam hari. Pada malam hari, biasanya angin laut bertiup dengan kencang ke darat. Jika tiupan angin terlalu kencang, tentu akan sangat berbahaya bagi lingkungan daratan terutama di daerah pinggiran pantai. Tanaman akan menjadi rusak, hewan ternak dan satwa liar akan terganggu kenyamanan hidupnya, demikian juga dengan manusia. Dengan adanya hutan mangrove yang menjadi barier atau pelindung pada pesisir pantai, kuatnya angin laut yang bertiup ke darat akan dapat ditahan dan diserap. Populasi tanaman pada hutan mangrove akan stomata yang siap menyerap gas karbondioksida dari lingkungan dan melepaskan oksigen ke lingkungan, sehingga udara di lingkungan pesisir pantai tetap bersih, segar dan bebas dari polusi. Bermanfaat sebagai habitat alami bagi berbagai biota darat dan laut. Hutan mangrove juga menjadi habitat alami berbagai biota laut. Seperti udang, berbagai jenis ikan dan sejenisnya. Karenanya, sangat keliru jika ada yang dengan sengaja menebang hutan mangrove untuk tujuan memperluas tambak mereka. Karena, tindakan tersebut dapat merusak kelestarian biota-biota laut. (Anonim, 2013).
Dampak yang ditimbulkan bagi negara kita jika tanpa ada upaya pencegahan maka kita akan kehilangan 2.000 pulau karena air laut akan naik pada ketinggian ± 90 cm. Tadinya kita memiliki 17.504 pulau tapi kini tinggal 17.480 pulau oleh sebab naiknya air laut dan usaha penambangan. Kehilangan asset 2.000 pulau akan luar biasa dampaknya yang berujung pada penyempitan wilayah kedaulatan RI (Prasetyo, 2010).


 BAB III
METODELOGI PENELITIAN

3.1       Jenis Penelitian
Penelitian tentang abrasi yang terjadi di kawasan pantai selatan Daerah Istimewa Yogyakarta ini merupakan jenis penelitian terhadap lingkungan dengan metode  penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif merupakan prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan/ melukiskan keadaan subjek/ obyek penelitian (internet, koran, lembaga , dan lain-lain) pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya (Nawawi, 1998)
3.2       Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dan studi literatur. Pemilihan metode ini berdasarkan pada jenis data yang ingin diperoleh yaitu data kualitatif. Disamping itu untuk mengetahui keadaan kawasan pantai selatan DIY yang terkena abrasi. Maka metode kualitatif adalah metode yang dianggap paling cocok untuk penelitian ini. Sedangkan metode studi literatur adalah metode yang dianggap dapat mempermudah mendapatkan data dan informasi penunjang.
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data sekunder dan data primer. Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari internet, Koran, artikel, berupa tentang fungsi tumbuhan mangrove sebagai penambat pasir dan material sedimen yang lain yntuk mencegah terjadinya pengikisan dikawasan pantai selatan. Sedangkan data primer diperoleh melalui pendekatan kualitatif, yaitu wawancara dengan masyarakat sekitar kawasan pantai selatan yang berumur lebih dari 50 tahun, yang terpilih sebagai narasumber.
Penelitian ini dilakukan di sekitar pantai selatan mulai dari Pantai Parang Tritis sampai Pantai Congot. Pemilihan lokasi ini dilakukan secara sengaja dan dengan beberapa pertimbangan diantaranya karena pengikisan pasir kawasan pantai selatan mulai dari tahun 1970-sekarang sudah terkikis sekitar 200 meter ke arah daratan.
Tabel 1. Jadwal Kegiatan Penelitian
NO
KEGIATAN
WAKTU
Mei
Juni
Juli
Agust
Sept
Okt
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
Perencanaan proposal
























2
Studi literatur
























3
Penyusunan proposal
























4
Pengiriman proposal
























5
Menyusun daftar pertanyaan untuk wawancara
























6
Menyusun program penelitian
























7
Pembimbingan oleh LIPI
























8
Penelitian (wawancara)
























9
Analisis data (tahap I)
























10
Penelitian (survei lapangan)
























11
Analisis data (tahap II)
























12
Penanaman mangrove dipantai selatan DIY
























13
Penyusunan karya tulis
























14
Evaluasi
























15
Monitoring

























DAFTAR PUSTAKA

Abdurrazaq, 2010. 10 Pulau Terbesar di Indonesia. http://ncca19.wordpress.com diakses tanggal 8 Mei 2014.
Acy. 2012. Ekosistem Pesisir dan Pengelolaannya di Indonesia. www.terangi.or.id. Yayasan Terumbu Karang Indonesia (terangi). Diakses tanggal 8 Mei 2014.
Anonim. 2008. Kenaikan muka Air Laut. www.wiroganteng.wordpress.com.  Diakses tanggal 7 Mei 2014.
Anonim. 2013. Info Manfaat. www.infomanfaat.com. Diakses tanggal 7 Mei 2014.
Bengen, D.G. 2000. Ekosistem dan Sumberdaya Alam Pesisir. Sinopsis. Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan, Institut Pertanian Bogor (IPB). Bogor.
Dasanto, B.D. 2010. Penilaian Dampak Kenaikan Muka Air Laut Pada Wilayah Pantai : Studi Kasus Kabupaten Indramayu. Jurnal Hidrosfir Indonesia Vol. 5, No. 2.
Hargo, D. U. 2014. Jumlah Pulau di Indonesia. http://dkn.go.id/ Diakses tanggal 8 Mei 2014 pukul 09.54 WIB.
Monk, K.A. Fretes, D. Dan Liley, G.R. 2000. Ekologi Nusa Tenggara dan Maluku. Seri Ekologi Indonesia. Penerbit Prenhallindo, Jakarta
Prasetyo, D.E. 2010. ancaman global warming bagi Indonesia. dedikekoprasetyo.blogspot.com. diakses tanggal 7 mei 2014.
Septia, D. 2012. Eksplorasi Kenaikan Tinggi Air Laut.  http://septiadiah-fst09.web.unair.ac.id/ diakses tanggal 3 Mei 2014